SEARCH

ShareThis

Senin, 20 Juni 2011

Keraguan Saat Wudlu dan Shalat

Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Bapak Ustadz yang kami hormati, kami punya masalah yang sangat sulit untuk dihilangkan. Ketika kami berwudhu maupun saat sholat selalu ragu sehingga selalu di ulangi. yang parah adalah saat membasuh wajah, rasanya belum rata terus, sehingga diulang berkali-kali. Dalam sholat juga begitu, untuk niat saja kami mengulang berkali-kali karena didikan dari orang tua, niat dalam sholat lebih afdhol di lafadzkan. Mohon bantuannya untuk menyembuhkan penyakit jiwa, apa yang harus kami lakukan. kami merasa tersiksa dengan keadaan ini. Jazakallah. Wassalam.
Jawaban:
Assalamu `alaikum Wr. Wb. Bismillahirrahmanirrahiem. Alhamdulillahi Rabbil `Alamin. Wash-shalatu Was-Salamu `alaa Sayyidil Mursalin. Wa ba`d,
Dalam sebuah pendidikan, masa kanak-kanak adalah masa yang paling menjadi dasar penanaman nilai-nilai. Diantara kedisiplinan, mentalitas dan juga selera. Sehingga semua itu akan sangat mempengaruhi sikap seseorang ketika sudah besar. Pembentukan nilai-nilai di masa dini itu akan sedemikian kuat tertanam pada diri seseorang, sehingga tidak mudah untuk dirubah atau diganti dengan cara sederhana. Diperlukan semacam therapi khusus untuk melakukan perubahan secara bertahap dan berproses. Sifat keragu-raguan adalah salah satu contoh yang bisa ditanamkan pada diri seseorang sejak dini. Sehingga dengan pembentukan karakter ragu-ragu, maka dalam setiap kesempatan, seseorang akan terbiasa dengan sikap tersebut.
Keraguan yang ditanamkan oleh orang tua atau guru ketika mendidik anak-anak tentang cara wudhu` dan niat shalat adalah salah satu contoh yang cukup sering kita lihat. Padahal sikap ragu itu sendiri tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW sebagai sumber rujukan dalam tatacara berwudhu` dan shalat. Begitu juga para shahabat dan para fuqaha tidak pernah mengajarkan keragu-raguan dalam praktek ibadah. Bahkan ajaran Islam menolak sikap ragu-ragu dalam sebuah ibadah. Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An-Naas : 1-6) Dalam surat An-Naas disebutkan bahwa kita diminta untuk berlindung kepada Allah SWT dari kejahatan syetan yang kerjanya membisik-bisik di dalam dada manusia. Dalam bahasa arab, kata tersebut adalah yuwaswisu, yang bermakna memasukkan rasa was-was dan ragu. Itulah yang benar, yang datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu. (QS. Ali Imran: 60)
Sifat ragu-ragu itu bukanlah sikap seorang mukmin, karena bagi seorang mukmin, tidak ada yang tersamar dalam mengenal ajaran Islam ini. Semua sangat jelas dan nyata. Kitab suci Al-Quran masih ada dan terpelihara, Sunnah Rasulullah SAW pun masih utuh tidak akan pernah tercoreng. Syariat Islam secara utuh ada dihadapan kita. Semua hukumnya pun tidak ada yang tersamar. Lalu mengapa harus ragu-ragu dalam mempraktekkannya. Dan kenapa pula harus bermain-main dengan keragu-raguan? Padahal sikap itu ditentang oleh-Nya dalam Al-Quran: Tetapi mereka bermain-main dalam keragu-raguan. (QS. Ad-Dukhaan : 9) Bila detail ajaran Islam dan prkatek ibadah itu sudah jelas dan terang, lalu dari mana datangnya sikap ragu-ragu itu?
Sikap ragu itu tidak lain datang dari syaitan yang kerjanya membisik-bisik ke dalam hati manusia. Padahal semua bentuk petunjuk praktek ibadah itu jelas dan detail, lalu mengapa harus diulang-ulang berkali-kali, padahal Rasulullah SAW sendiri sebagai sumber dari praktek ibadah itu tidak pernah merasa ragu-ragu, juga tidak pernah memerintahkan untuk ragu-ragu sehingga seseorang harus terus mengulang-ulang dalam garakan ibadah. Mengulang-ulang praktek ibadah seperti ini pada kasus tertentu justru akan merusak kesyahan ibadah itu sendiri. Karena Rasulullah SAW tidak mengajarkan untuk mengulang-ulang membasuh wajah. Begitu juga dengan niat, beliau tidak memerintahkan untuk mengulang-ulang hanya lantaran ragu-ragu. Bahkan bisa termasuk dalam bid`ah yang dihembuskan syetan ke dalam dada manusia. Tujuannya tidak lain untuk merusak ibadah itu sendiri sehingga malah menjadi tidak syah. Dan bila tidak syah, maka tidak diterima Allah SWT.
Jadi tinggalkan ragu-ragu dan jangan mengulang-ulang gerakan itu, agar ibadah Anda diterima Allah SWT dan tidak membuat bid`ah yang justru berdosa besar. Apalagi rasa ragu itu nanti Anda ajarkan kepada murid atau anak Anda, maka dosanya akan betambah, karena Anda telah mengajarkan sesuatu yang tidak tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Sumber: www.syariahonline.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar