SEARCH

ShareThis

Selasa, 07 Agustus 2012

Ibrahim ElFiky

Bukunya, Terapi Berpikir Positif, yang edisi bahasa Indonesianya diterbitkan Penerbit Zaman terjual jutaan kopi di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, buku ini sudah cetak ulang sebanyak 9 kali dalam waktu 7 bulan. Siapa sebenarnya pengarang buku motivasi yang sangat digemari di seluruh dunia ini?

Ia lelaki kelahiran Mesir, tetapi sekarang menetap di Kanada. Namanya Ibrahim Elfiky. Mungkin agak sedikit asing namanya bagi sebagian kita, padahal di Barat namanya cukup banyak dibicarakan. Ia pendiri dan direktur Perusahaan Ibrahim Elfiky Internasional. Dia juga pendiri dan direktur di berbagai pusat pelatihan, seperti Pusat Pelatihan Potensi Diri di Kanada (Canadian Training Center of Power Human Energy), Pusat Pelatihan Hipnoterapi di Kanada (The Canadian Training Center of Hypnotherapy), Pusat Pelatihan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kanada (The Canadian Training Center of Human Development), dan Pusat Pelatihan Program Neurolinguistik Kanada (The Canadian Training Center of Neuro-Linguistic Programming).

Selain itu, dia juga menjadi pendiri dan ketua Seminar Internasional Cheops (Cheops International Seminars). Peraih gelar doktor di bidang ilmu Metafisika dari Universitas Metafisika Los Angeles, Amerika Serikat, ini sekarang dikenal sebagai pelopor di bidang Dinamika Pengkondisian Saraf (Neuro Conditioning Dynamics) dan pelopor di bidang Kekuatan Energi Manusia (Power Human Energy).

Dia juga menjadi trainer pada Program Neurolinguistik yang bersertifikat dari Lembaga Program Neurolinguistik Amerika, trainer pada Pelatihan Hipnotis yang bersertifikat dari Lembaga Pendidikan Hipnotis Amerika, staf pengajar pada program Terapi Garis Hidup (Time Line Therapy), trainer Penguatan Memori yang bersertifikat dari The American Memory Institute (AMI) di New York, trainer pada program Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dan Lembaga yang bersertifikat dari Pemerintah Kota Quebec, Kanada. Dia pun menjadi trainer pada program Reiki yang bersertifikat dari The Reiki Training Center of Canada dan Global Reiki Association.

Lelaki yang berasal dari Mesir ini pernah meraih gelar kehormatan di bidang perilaku manusia dari Asosiasi Perhotelan Amerika. Dia juga meraih gelar yang sama di bidang pemasaran dan manajemen penjualan dari Asosiasi Hotel Amerika. Gelar diplomanya diraih sebanyak 23 (yang tiga di antaranya di bidang Psikologi, Pemasaran, Manajemen Penjualan, dan Pengembangan Sumber Daya Manusia).
Penulis sejumlah buku yang telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa (Inggris, Prancis, Arab, termasuk Indonesia. Bukunya berjudul 10 Kunci Sukses diterbitkan oleh Penerbit Hikmah) dan laku terjual puluhan juta eksemplar di seluruh dunia ini kini menjabat sebagai Direktur Utama di sejumlah hotel bintang lima di Montreal, Kanada. Dia juga melatih lebih dari 600.000 peserta di berbagai penjuru dunia. Dalam pelatihan itu, biasanya dia menggunakan tiga bahasa: Inggris, Prancis, dan Arab.

Pegiat pelatihan pengembangan sumber daya manusia ini sekarang tinggal di Montreal, Kanada, bersama istrinya, Amal, dan dua putrinya: Nancy dan Nermine. Dia pernah menjuarai Tenis Meja Nasional di Mesir dan sebagai duta olahraga dalam Pertandingan Internasional di Jerman Barat pada tahun 1969.

Pengakuan dan pujiian atas kemampuannya pun datang dari seluruh penjuru dunia, Timur dan Barat. “Ibrahim Elfiky itu salah satu ahli yang paling menonjol dalam kajian pengembangan sumber daya manusia di dunia,” kata Darlan Montogomery, jurnalis televisi, Louisiana TV, Amerika Serikat. Ilan Blutaz, jurnalis televisi, T.V.A, Kanada juga memberikan komentar yang sasma, “Saya belum pernah melihat seseorang yang berwawasan sangat luas seperti dia.” “Dr. Ibrahim Elfiky merupakan salah seorang narasumber terhebat pada masa kini,” komentar Alan Laros, jurnalis televisi, CFCF TV, Montreal, Kanada. Itu pengakuan dari para jurnalis televisi di Barat.

Bagaimana pengakuan dari Timur? Mushira ElBardaie, direktur sumber daya manusia, Universitas Amerika, Kairo, Mesir, memberikan pujian yang luar biasa. “Ibrahim Elfiky memiliki kekuatan dan energi tak terbatas, serta cakap mempresentasi segala materi yang ingin disampaikannya.” “Ia satu di antara sedikit narasumber dunia yang memiliki kemampuan dan keahlian yang mengesankan. Dia telah memberikan saya sesuatu yang lebih dari apa yang saya harapkan,” puji Yusuf Ahmad Jibril, direktur, Lembaga Perencanaan dan Pengembangan, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Ketua Komisi Nasional Pelayanan Kesehatan di Arab Saudi bahkan sangat provokatif, “Ia imajinatif, kreatif, dan dinamis. Saya belum pernah melihat orang sehebat dia di dunia Arab.”

Namun, yang membuat saya kagum dan heran bukan pencapaiannya dan pengakuan orang lain atas pencapaiannya itu. Saya pribadi malah lebih tertarik dengan bagaimana cara Elfiky mencapai semua itu. Saya lebih tertarik dengan prosesnya dan bukan hasilnya. Karena, bila hanya melihat hasil, mungkin masih banyak yang lebih luar biasa darinya. Kita mengenal nama Donald Trump, Kolonel Sanders, Henry Ford, Honda, Bill Gates, Michael Dell.

Bagaimana proses itu dimulai? Saat masil kecil, ia selalu bermimpi suatu saat nanti dirinya akan menjadi orang sukses. Ia menjadi direktur utama di sebuah hotel berbintang yang terkenal. Mimpinya itu selalu diceritakannya pada semua orang yang ditemuinya. Sayang, tidak ada seorang pun yang menanggapi positif apa yang diceritakannya itu. “Kamu terlalu mengkhayal!” biasanya orang-orang mengomentari begitu. Ia bahkan sempat berputus asa lantaran orang-orang yang ada di sekelilingnya melunturkan tekadnya yang bulat. Hal yang sama juga dilakukan teman-temannya di sekolah. Mereka mengejeknya setiap kali mendengar cerita anak itu. “Bangun, woi!” begitu dia selalu diejek. Ia pun frustasi. Dia sempat pula mengubur impiannya itu.

Ketika beranjak dewasa, ia kemudian memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di bidang perhotelan. Setelah lulus dari sekolah perhotelan itu, dia lalu menikah dan berpindah ke Kanada. Ketika pindah ke Kanada, harapannya hanya satu: bisa mewujudkan cita-citanya! Ternyata di Kanada dia juga menemui bermacam rintangan. Bahkan, ada yang bilang bahwa dia tidak akan mungkin bisa mewujudkan apa yang dicita-citakannya.

Setelah itu, setiap kali teringat akan impiannya, dia selalu menguburnya dengan mengatakan, “Aku tidak mempunyai pengalaman cukup. Aku juga tidak punya uang. Aku pun tidak cakap berbicara bahasa Kanada. Selain itu, aku tidak mempunyai relasi. Ijazahku juga tidak diakui di sini. Tinggalkan saja impianmu itu! Sekarang beralihlah pada impian yang lain!”

Lantaran ragu akan kapasitas dirinya, dia juga sering kali bertanya-tanya tentang faktor apa yang bisa membuat salah satu pimpinan perusahaan mau menerimanya bekerja dengan segala keterbatasannya itu. Pada saat-saat seperti inilah dia selalu mendengar bisikan batinnya, “Aku pasti tidak akan pernah bisa mewujudkan impianku itu. Aku mustahil bisa mewujudkan cita-citaku itu.”

Suatu saat dia dilanda kebingungan yang luar biasa. Kebingungannya itu disebabkan oleh penyakit yang dideritanya. Kala itu dia tidak tahu harus berbuat apa. Pikirnya, jika dia kembali ke negeri asalnya, maka orang-orang di negaranya akan menertawakannya. Namun di sisi lain, dia sangat menyadari peluang kesuksesannya sangatlah kecil bila tetap tinggal di Kanada. Dalam kondisi yang sedemikian kritis ditambah berbagai ketidakberuntungan yang menyertainya, tiba-tiba ada dorongan sangat besar sehingga dia bertekad untuk melewati segala rintangan yang menghadang dirinya. Dia lalu memutuskan untuk memulai awal kesuksesannya itu sebagai seorang pencuci piring, meskipun impiannya semula adalah menjadi seorang direktur utama di hotel berbintang.

Kekuatan itu muncul setelah dia mimpi bertemu dengan orangtuanya. “Anakku, ingatlah bahwa Allah tidak akan mengubah nasib satu kelompok, sehingga kelompok itu sendiri yang mengubah nasib mereka sendiri,” kata orangtuanya di dalam mimpi. Setelah bermimpi itulah, dia menjadi sadar. Suara batinnya pun lantas mengatakan, “Aku pasti bisa mewujudkan impianku itu. Jika ada orang yang bisa melakukan hal itu, maka aku pun pasti bisa melakukannya. Thomas Alpha Edison juga pernah mengalami kegagalan sebanyak 9999 kali. Meski begitu, dia terus berusaha mewujudkan impiannya. Kendati Walt Disney pernah gagal sebanyak tujuh kali dan Henry Ford pernah gagal sebanyak enam kali, tetapi keduanya tetap saja berupaya mewujudkan impiannya masing-masing. Aku pasti mampu untuk mewujudkan impianku. Aku pasti bisa menjadi orang yang sukses.”

Dia kemudian berubah menjadi orang yang memiliki semangat menggelora. Dalam dirinya terdapat sejumlah keyakinan dan kepercayaan diri baru yang menggeser apa yang biasa diucapkannya dulu, “Aku ini pecundang.” Dia lalu mengingat bahwa Kolonel Sanders, Ford, dan Honda adalah orang-orang yang pernah menelan pil pahit kegagalan. Mayoritas orang besar juga pernah mengalami kegagalan, sebelum akhirnya mereka mencapai kesuksesan. Keyakinan awal bahwa ijazahnya tidak diakui, kini berubah menjadi, “Saya akan belajar dari awal dengan sungguh-sungguh di Kanada.” Tekadnya ini pun lalu terbukti. Dia lalu mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar diploma dalam bidang administrasi perhotelan. Ucapannya dulu, “Di negeri ini saya orang asing,” kini berubah menjadi, “Tidak ada warga mana pun yang bisa menghalangi saya untuk mewujudkan cita-cita saya selama saya percaya diri dan percaya terhadap kemampuan yang saya miliki, lalu berbuat semaksimal mungkin.” Ketika itu, wajahnya yang sebelumnya muram berubah menjadi senyum. Seluruh rasa pesimisnya berubah menjadi rasa optimis. Segala perasaan negatifnya berubah menjadi positif. Kesehatannya pun pulih dan kian membaik. Energi positifnya juga kian membesar, padahal sebelumnya dia menderita penyakit yang lumayan akut.

Dia tak kenal henti belajar dan bekerja dengan serius. Pada tahun 1980, dia kehilangan pekerjaan dan tidak mempunyai sumber penghasilan untuk keluarganya. Pada saat yang sama, istrinya masuk ke rumah sakit bersalin untuk melahirkan kedua putri kembarnya dengan operasi caesar. Usai persalinan, istrinya berada dalam kondisi kritis sehingga wanita yang sangat dicintainya itu mesti dirawat di rumah sakit selama dua pekan. Saat itu, dia harus merawat kedua putrinya dengan uang yang hanya cukup untuk membeli makanan kedua putri kembarnya yang masih bayi itu. Beberapa waktu kemudian, dia mendapat pekerjaan sebagai penjaga malam di sebuah restoran kecil. Di restoran itu, dia bekerja secara tekun sehingga dia bisa menafkahi keluarganya. Setelah keluar dari rumah sakit, istrinya memerlukan waktu yang panjang untuk proses kesembuhannya secara total. Dengan pertolongan Allah, dia kemudian menerima bantuan dari pihak pemerintah yang mengirim seorang baby sitter yang menorangtuasi segala kebutuhan rumah hingga urusan kedua putri dan istrinya.

Dia bekerja mulai pukul 09.00 hingga pukul 15.00 demi memperoleh uang untuk mencukupi hidupnya dan keluarganya. Selanjutnya, dia mendaftarkan dirinya di Universitas Concordia untuk meraih gelar diploma di bidang administrasi. Pada malam harinya, dia bekerja sebagai manajer di restoran yang lain. Terus beraktivitas seperti itu terus dijalaninya selama setahun lamanya. Seiring perjalanan waktu, dia mendapat pekerjaan yang terus lebih baik dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Setelah beberapa tahun perpindahannya dari satu tempat kerja ke tempat kerja yang lain, dia lalu menjadi direktur utama di salah satu hotel. Ini terjadi pada tahun 1986. Ketika itulah dia membuat tim kerja yang dilatihnya sendiri sehingga hotelnya menjadi satu hotel yang meraih kesuksesan mengesankan.
Dia tak pernah henti memperbaiki dan meningkatkan kualitas dirinya. Atas konsistensi dan komitmennya itu, dia lalu mendapatkan posisi yang lebih baik di sebuah hotel berbintang. Untuk melengkapi kesuksesanya, dia juga mengikuti pendidikan jarak jauh yang studinya dilakukan melalui korespondensi. Pada lembaga pendidikan inilah dia meraih sebuah penghargaan internasional dari Amerika sebagai mahasiswa terbaik untuk pendidikan jarak jauh.

Dia pun mulai merasa bahwa dirinya telah mampu untuk mewujudkan segala impiannya. Namun, secara tiba-tiba sesuatu terjadi di luar perkiraannya. Para pemilik hotel memutuskan untuk menutup hotel. Tak ayal, seketika itu pula dia langsung kehilangan pekerjaannya. Bahkan, saat itu juga pihak hotel tempatnya bekerja menarik kembali mobil milik perusahaan yang biasa digunakannya untuk bekerja. Akhirnya, dia pun kembali ke rumahnya dengan kendaraan umum. Keadaannya kembali seperti semula. Dia mendapati satu situasi dan kondisi yang tidak bersahabat dengannya. Dia harus kehilangan pekerjaan, sumber penghasilan, bahkan orang-orang yang diduganya sebagai sahabat lari meninggalkannya. Singkat cerita, segala kesuksesannya yang baru saja dicapainya telah hilang darinya. Segala sesuatu yang ada di sekelilingnya membuat dirinya merasa bahwa dia bernasib buruk. Bahkan, perasaan itu juga dibisikkan oleh dirinya sendiri.

Dalam penderitaan, kesusahan, dan segala usaha yang hilang dengan sia-sia dari dirinya, dia lalu teringat lagi apa yang pernah diucapkan orangtuanya, “Anakku, apabila seseorang menutup satu pintumu, maka ingat Allah pasti membuka pintu yang lain.” Ketika itu, dia pun berpikir mengenai apa yang mungkin bisa dilakukannya, juga bagaimana caranya mengubah keadaan yang kurang bersahabat itu.

Dia lalu berpikir untuk mengumpulkan semua catatan yang ditulisnya secara rutin setiap kali terlintas dalam benaknya. Ternyata ia mendapati catatan tersebut sebagai bagian yang sangat mengagumkan dan layak untuk dijadikan sebagai sebuah buku yang akan dapat membantu orang banyak. Kemudian, dia berupaya menyusunnya untuk dijadikan sebuah buku. Namun sayang, setelah buku itu lengkap tersusun, banyak penerbit yang justru menolaknya. Dia lalu memutuskan untuk menerbitkan buku itu dengan hasil tabungannya. Setelah buku itu dicetak dengan uangnya sendiri, ternyata buku itu laku terjual sebanyak 5.000 eksemplar dalam jangka waktu kurang dari tiga bulan. Selanjutnya, dia mulai mengajar dan menyusun buku-buku yang lain. Dia pun lalu menjadi orang yang sangat sukses. Sekarang dia telah menulis sejumlah buku yang diterbitkan di seluruh dunia. Dia juga memiliki suatu karya yang halamannya lebih banyak daripada jumlah temannya. Ensiklopedinya juga diterima oleh dunia internasional. Cara-cara yang digunakannya untuk menjual buku-bukunya itu kini diterapkan oleh sejumlah perusahaan besar di dunia.

Nah, pencuci piring itu kini telah menjadi maestro motivator dunia. Meski sempat menyerah pada keadaan, ia berhasil bangkit mewujudkan mimpinya. Itu pun tidak mudah. Ia harus banting tulang dan jatuh bangun. Semangat untuk merubah nasib membuatnya mampu menyelesaikan musibah dan masalah yang menghadangnya. Ia tidak takut lagi pada pintu orang yang ditutup untuknya, karena ia bisa membuka ribuan pintu lain untuknya dan untuk orang lain yang membutuhkan pintu itu.
Ia rela memulai semuanya dari titik nol lagi. Ia merasa kesuksesannya tidak hanya soal nasib mujur. Namun, ia sendirilah yang menciptakan nasib mujur itu. Ia mewujudkannya dengan kerja keras. Semangat untuk bekerjanya sangat tinggi, sehingga ia menjadi yang terbaik dalam berkarya. Ia berkarakter tangguh, tekun, dan disiplin, yang selalu disertai semangat pantang menyerah dalam menghadapi segala rintangan. Perjuangan yang ditempuhnya juga tidak seperti banyak orang. Selain itu, ia juga selalu belajar dari kesalahan yang ia lakukan. Ringkasnya, semua yang ia alami ditafsirkan sebagai bagian dari kemujuran yang akan diperoleh. Inilah karakter orang sukses.[SHM]


Info, religi lainnya di http://qbomadblack.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar